Sukses

Kemendikbud Ristek Gandeng AWS untuk Akselerasi Transformasi Digital di Sektor Publik

Kreativitas anak-anak saat ini sangat luar biasa, dan jika dipadukan dengan teknologi akan menjadi kekuatan dahsyat di masa depan.

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi digital merupakan peluang besar bilamana Indonesia ingin melakukan lompatan besar. Karena hal tersebut, sangat penting untuk memastikan generasi penerus melek digital.

Tak hanya terbatas sebagai pengguna saja, tetapi juga sebagai bagian dari kreator teknologi digital.

Hal ini diungkap oleh Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbud Ristek RI, Prof. Ir. Nizam.

Dalam acara virtual yang digelar oleh Amazon Web Services (AWS) baru-baru ini, ia mengungkap, transformasi digital di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di dunia.

Diketahui, saat ini ada lebih dari 200 juta pengguna internet di Indonesia. Faktanya, rata-rata pengguna menghabiskan waktu 8 jam dan 36 menit online setiap hari.

"Kreativitas anak-anak saat ini sangat luar biasa, dan jika dipadukan dengan teknologi akan menjadi kekuatan dahsyat di masa depan," katanya.

Nizam berpendapat, peluang itu tidak boleh dilewatkan sehingga mahasiswa perlu menjadi bagian dari kreator.

"Tidak hanya sebagai pengguna, tetapi sebagai pihak yang diuntungkan secara finansial dari teknologi ini," paparnya.

Untuk mewujudkan hal ini, Kemendikbud Ristek bekerja bahu-membahu dengan semua mitra teknologi global seperti AWS.

"Kita kolaborasi dengan AWS agar berada di garis depan dalam perkembangan teknologi, seperti AI, IoT, big data analitik, cloud computing, cloud service dan sebagainya,' ucap Prof. Ir. Nizam.

 

 

2 dari 4 halaman

Dukung Pemerintah Akselerasi Transformasi Digital di Sektor Publik

<p>Mohammad Ghozie Indra Dalel, Country Manager Worldwide Public Sector Indonesia, AWS. (Doc: AWS)</p>

Lebih lanjut, Country Manager Worldwide Public Sector Indonesia, Mohammad Ghozie Indra Dalel, menyebutkan AWS bekerja sama dengan pemerintah untuk mendukung pengembangan sektor publik.

Salah satu bentuk dukungan itu, mulai dari Kampus Merdeka, program magang, studi independen bersertifikat, dan program Kedaireka.

Untuk mempercepat digitalisasi di berbagai bidang, AWS bermitra dengan SEAL (Social Economic Accelerator Lab) meluncurkan Indonesiaku AWSome! pada Februari 2022.

Indonesiaku AWSome! merupakan inisiatif pengembangan bisnis strategis, dimana pemerintah Indonesia mendukung untuk membangun jaringan lulusan baru yang cakap digital.

“Program Indonesiaku AWSome! akan terus naik pada momentum dan skala ini, dengan rencana untuk meningkatkan penerimaan siswa untuk angkatan berikutnya pada semester kedua tahun 2022, dan meningkatkan program dengan posisi magang di lembaga pemerintah,” ungkap Ghozie.

Peserta program Indonesiaku AWSome, Isda Magfirah, melihat program Kampus Merdeka dan Indonesiaku AWSome menjadi sebuah revolusi pendidikan yang selama ini monoton.

Pengalaman Peserta Program Indonesiaku AWSome Saat mengikuti program tersebut, mahasiswi ilmu Politik Universitas Brawijaya ini merasa mampu meningkatkan cara berpikir kreatif dan belajar memandang masalah dengan empati.

“Saya melihat transformasi digital tak hanya sekadar yang analog jadi digital, tapi bagaimana digitalisasi dapat menjawab permasalahan-permasalahan publik. Dengan menjawab permasalahan publik maka akan memberikan kepuasan masyarakat,” ujar Isda.

Isda menambahkan, permasalahan dalam pendidikan Indonesia sangat krusial mulai dari tataran inputnya, prosesnya sampai outputnya, mulai dari pemerataan pendidikan, mutu pendidikan dan relevansi pendidikan.

“Harapannya Indonesiaku AWSome dapat memberikan dampak nyata bagi mahasiswa, dosen dan juga masyarakat,” tutup Prof. Ir. Nizam.

"Jika AWSome sudah memfokuskan pada smart government, tentu baik untuk berkolaborasi dengan pemerintah daerah. Jadi kita harus membangun ekosistem agar menjadi talenta yang bermakna bagi masyarakat, dirinya dan kemajuan bangsa."

 

3 dari 4 halaman

Infrastruktur Cloud, Keterampilan Digital, dan Jaringan Partner Lokal Digandakan

Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Dalam menghadapi transformasi digital, pemerintah diharapkan menemukan cara-cara baru dalam melayani masyarakat.

Dengan pengadopsian cloud, pemerintah berupaya menjalankan transformasi digital yang mampu menyediakan pelayanan masyarakat, pendidikan, serta kesehatan secara konsisten dan terarah.

Prof. Ir. Nizam menjelaskan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) melayani lebih dari 4.500 perguruan tinggi, 9 juta mahasiswa, 300 ribu dosen di tanah air.

“Maka satu-satunya adalah dengan menggunakan cloud untuk memastikan layanan itu aman, tersedia di semua titik bagi mahasiswa, dosen, perguruan tinggi dan masyarakat," katanya.

Menurutnya, data sekarang ini menjadi mata uang di masa kini dan masa depan untuk diolah menjadi informasi.

Nantinya,informasi itu dapat digunakan untuk manajemen perguruan tinggi, manajemen talenta, perencanaan maupun pengelolaan sistem secara nasional semuanya didasarkan pada basis data yang Dirjen riset dan teknologi melalui pengelolaan data Dikti.

 

4 dari 4 halaman

Dirjen Diktiristek Pakai Teknologi AWS

<p>Logo AWS. (Doc: AWS)</p>

Ia menambahkan, Dirjen Diktiristek menggunakan sejumlah layanan AWS untuk membantu mengembangkan penyediaan layanan ke masyarakat dengan berbasis sistem cloud.

Salah satunya adalah SIAGA (Sistem Informasi Kelembagaan), sebuah layanan kelembagaan bagi perguruan-perguruan tinggi yang akan membuka program studi, memantau kejenuhan program studi dan sebagainya.

SINTA untuk melihat kinerja akademik dosen, dan SPADA sebagai repositori nasional perkuliahan yang menyediakan ribuan materi kuliah bisa diakses seluruh mahasiswa dan dosen.

Mohammad Ghozie Indra Dalel menyebutkan, Cloud merupakan alat dalam memicu inovasi.

Setelah bermigrasi ke cloud, organisasi dapat menghemat biaya, meningkatkan produktivitas serta meningkatkan ketahanan operasional dan kegesitan bisnis.

“Pelanggan AWS juga melihat rata-rata 24 persen pengurangan dalam biaya TI di cloud dibandingkan on-premises, serta mengurangi downtime layanan 37 persen,” terang Ghozie.

Kecakapan digital merupakan kunci bagi angkatan kerja masa depan untuk memaksimalkan potensi cloud.

Memenuhi permintaan tenaga kerja terampil digital akan membutuhkan kolaborasi lebih erat antara sektor publik dan swasta untuk terus berinvestasi dalam pendidikan.

Tak hanya itu, perlu juga dillakukan percepatan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan masa depan akan keterampilan dalam teknologi cloud, machine learning dan juga dan teknologi baru lainnya.

(Ysl/Dam)